Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, KPU RI bersama FISIP Universitas Lampung (Unila) menggelar kegiatan pelatihan dan pembekalan media digital pada pemilu 2019 dengan naa workshop SOHIB BERKELAS. Kegiatan workshop dilaksanakan di ruang Auditorium gedung D Fisip Unila, Lampung, Sabtu (23/3/2019). (23/3/2019).
Menurut Kasubidit Audio Visual dan Media Sosial Kemenkominfo RI menngatak, acara SOHIB BERKELAS diselenggarakan di 9 perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya Unila. Pada tahun ini Unila menjadi kampus ke lima yang menyenggarakan workshop tersebut. Sebelumnya workshop ini diselenggarakan di Universitas Sumatera Utara. Untuk tahun ini tema kegiatan workshop SOHIB BERKELAS ‘Santun Bermedia Sosial Untuk Pemilu Damai’.
“Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah pengguna internetnya nomor 4 terbesar di dunia. Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta pengguna internet dan sebanyak 106 juta diantaranya adalah penggunan aktif media sosial. Kebanyakan dari mereka adalah Generasi Y atau Generasi Millenial (rentang usia 20-34 tahun) yang lahir sebagai digital native.”
Dimas menambahkan, pertumbuhan media sosial di Indonesia sayangnya tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran bermedia sosial yang bijak, sehingga media sosial kerap dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai wadah penyebaran hoax, ujaran kebencian, radikalisme dan fake news.
Sedangkan menurut Eka Yuda Gunawibawa, acara yang diselenggarakan di FISIP Unila bertujuan membangun literasi media sosial pada generasi millenial. “Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ajang pembentukan karakter bangsa yang dapat menciptakan generasi muda yang optimis, berpikiran positif, religius, menjunjung tinggi nasionalisme, kebhinnekaan, serta menjadi pengguna media sosial yang bertanggungjawab,” kata dia disela acara.
Sedangkan Dr. Nanang Trenggono (Ketua KPU Provinsi Lampung) mengajak para peserta workshop sebagai pemilih muda untuk menggunakan hak suaranya pada 17 April 2019 karena di provinsi Lampung terdapat 30juta surat suara.
Sementara itu Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Lampung, Andy Cory mengatakan setiap orang mempunyai kemampuan dan keinginan untuk menyebarkan informasi namun santun bermedia harus dilakukan oleh semua pihak. Masyarakat jangan gampang terkena hoaks. “Dalam komunikasi politik membawa informasi dan pesan pesan politik. Bila pesannya kotor dan masuk kepusat kekuasaan atau instansi yang tidak sempat disaring. Maka sangat berbahaya dalam proses bernegara,” katanya.